Mohon maaf apabila ada yang tidak sesuai atau yang tidak menyenangkan dalam postingan ini ><
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan MAKALAH PENYIMPANGAN SOSIAL (TAWURAN)
Kami
menulis dan menyusun makalah ini dalam rangka menyelesaikan tugas, dan juga
untuk mengetahui penyimpangan social apa saja yang sering terjadi di
masyarakat, dan ternyata tawuran antar pelajar adalah salah satunya. Oleh
karena itulah kami menyusun makalah ini
dengan pembahasan tentang penyimpangan social yang sering terjadi di
masyarakat terutama lebih jauh tentang tawuran antar pelajar yang sudah sering
sekali terjadi di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat umum.
Dalam
penulisan makalah ini kami banyak mengalami kesulitan namun atas bantuan dan
bimbingan serta motifasi yang tiada hentinya disertai harapan yang optimis dan
kuat dari teman-teman semuanya serta keluarga kami
dan guru pembimbing
yang mengarahkan kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan
makalah ini sangatlah masih kurang sempurna, baik materi dan penyusunannya.
Oleh karna itu, kritik dan saran yang membangun dari kawan-kawan
sangat kami
harapkan.
KENDARI,
25 Mei 2011
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………………………………………
i
Daftar
isi ………………………………………………………………………………………..
ii
BAB
I PENDAHULUAN
1. Latar
belakang………………………………………………………………………..1
2. Perumusan
masalah…………………………………………………………………..1
3. Tujuan
penulisan………………………………………………………………….......1
4. Manfaat………………………………………………………………………………
1
BAB
II PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1. Pengertian penyimpangan social…………………………………………………….2
2. Jenis-jenis
perilaku menyimpang
a. Penyimpangan
Individual (individual deviation)………………………………...2
b. Penyimpangan
Bersama-Sama / Kolektif (group
deviation)………………….3
3. Tawuran antar Pelajar………………………………………………………………..3
4. Faktor –faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran………………………………4
5. Dampak
atau akibat dari tawuran………………………………………………….... 5
6. Upaya
pencegahan perilaku menyimpang (tawuran)…………………………………5
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan
dan Saran ……………………………….……………………………… ….6
Daftar
pustaka…………………………………………………………………………… 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Sosiologi merupakan salah satu
ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Ilmu ini mempelajari tentang
kehidupan bermasyarakat yang terjadi melalui proses sosialisasi. Proses
sosialisasi tersebut ada bermacam-macam ada yang bersifat negative dan ada pula
yang positif.
Proses
sosialisasi yang tidak sempurna atau negative disebut dengan Penyimpangan
social. Penyimpangan social juga terdiri atas berbagai bentuk ada yang berbentuk individu
dan ada pula yang berbentuk kelompok. Salah satu dari penyimpangan social
berbentuk kelompok adalah tawuran, tawuran yang sering kali terjadi di antara
para pelajar yang seharusnya menjadi impian dan harapan bangsa tapi mereka
malah melakukan perkelahian secara bergerombol yang sama sekali tidak memiliki
guna.
Oleh karena itu marilah kita disini membahas
apa saja yang menyebabkan terjdinya tawuran di kalangan pelajar itu
sendiri dan pengertian dari penyimpangan
social itu sendiri.
B. Permasalahan
Apakah yang dimaksud
dengan penyimpangan sosial?
Apa saja bentuk dan
contoh dari perilaku yang menyimpang?
Bagaimana solusi untuk
mencegah terjadinya perilaku menyimpang dalam hal ini yaitu tawuran antar
pelajar?
C. Tujuan
Untuk mengetahui Pengertian
dari penyimpangan sosial
Untuk mengetahui bentuk-bentuk
serta contoh dari perilaku yang termasuk dalam penyimpangan sosial
Untuk mengetahui bagaimana
cara agar kita dapat terhindar dari perilaku yang menyimpang
D. Manfaat
Dapat dijadikan salah satu
landasan informasi bagi teman-teman sekalian mengenai arti, bentuk, serta
contoh dari perilaku yang termasuk dalam perilaku yang menyimpang
Dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku menyimpang seperti
tawuran misalnya karena hal itu sama sekali tiada guna atau tidak berguna.
Dapat memberitahukan
kepada teman-teman sekalian mengenai faktor dan
dampak dari perilaku menyimpang(tawuran)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian penyimpangan sosial
Penyimpangan sosial
adalah suatu prilakuyang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di
masyarakat
Menurut Robert M. Z.
Lawang penyimpangan perilaku adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma
yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang
berwenang dalam sitem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.
Menurut James W. Van
Der Zanden perilaku menyimpang yaitu perilaku yang bagi sebagian orang dianggap
sebagai sesuatu yang tercela dan di luar batas toleransi.
2.
Jenis-jenis
perilaku menyimpang
a. Penyimpangan
Individual (individual deviation)
Penyimpangan individual atau personal adalah suatu
perilaku pada seseorang dengan melakukan pelanggaran terhadap suatu norma pada
kebudayaan yang telah mapan akibat sikap perilaku yang jahat atau terjadinya
gangguan jiwa pada seseorang.
Macam-macam bentuk penyimpangan individual antara
lain:
Penyalahgunaan Narkoba.
Pelacuran.
Penyimpangan seksual
(homo, lesbian, biseksual, pedofil,
sodomi, zina, seks bebas, transeksual).
Tindak Kriminal /
Kejahatan (perampokan, pencurian, pembunuhan,
pengrusakan pemerkosaan, dan lain sebagainya).
Gaya Hidup (wanita
bepakaian minimalis di tempat umum,
pria
beranting, suka berbohong, dsb).
b. Penyimpangan
Bersama-Sama / Kolektif (group
deviation)
Penyimpangan Kolektif adalah suatu perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh kelompok orang
secara bersama-sama dengan melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat
sehingga menimbulkan keresahan, ketidakamanan, ketidaknyamanan serta tindak
kriminalitas lainnya.
Macam-macam bentuk penyimpangan kelompok antara lain:
Tindak Kenakalan
Tawuran/ perkelahian
antar kelompok pelajar
Tindak Kejahatan
Berkelompok / Komplotan
Penyimpangan Budaya
3.
Tawuran antar
Pelajar
“Tawuran” dalam kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang
manusia yang belajar. Sehingga apabila kita menarik garis besarnya yaitu
perkelahian antar banyak orang yang tugas pelakunya adalah manusia yang sedang
belajar. Ironis memang orang yang sedang belajar melakukan perkelahian, namun
itu kenyataan yang terjadi.
4.
Faktor –faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran
Faktor
internal.
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya.
Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari
masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya.
Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari
masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.
Faktor keluarga.
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau melakukan kekerasan yang sama. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, banyak anak akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya. Selain itu suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja. Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Sehingga peran besar keluarga dituntut untuk memberikan contoh yang baik agar anak-anak tidak mencari perilaku menyimpang seperti tawuran pelajar.
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau melakukan kekerasan yang sama. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, banyak anak akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya. Selain itu suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja. Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Sehingga peran besar keluarga dituntut untuk memberikan contoh yang baik agar anak-anak tidak mencari perilaku menyimpang seperti tawuran pelajar.
Faktor sekolah.
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya. Bagi Durkheim, sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dan sangat khusus untuk menciptakan makhluk baru, yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (Emile Durkheim, L’education Morale ( Paris : Libraire Felix Alean, 1925), hal. 68. Untuk itu dibutuhkan sekali keselarasan antara harapan masyarakat dengan system pengajaran. Sekolah untuk lingkungan masyarakat militer harus berbeda dengan cara pengajaran di sekolah yang memperuntukkan anak didiknya untuk dunia industry. Namun, disamping itu semua hal yang paling penting dalam mengajar adalah menumbuhkan motivasi diri (self motivation) untuk belajar. Dengan ada keinginan sendiri untuk belajar bagi para siswa maka mereka akan bisa lebih focus terhadap pelajaran yang diberikan oleh pengajar.
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya. Bagi Durkheim, sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dan sangat khusus untuk menciptakan makhluk baru, yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (Emile Durkheim, L’education Morale ( Paris : Libraire Felix Alean, 1925), hal. 68. Untuk itu dibutuhkan sekali keselarasan antara harapan masyarakat dengan system pengajaran. Sekolah untuk lingkungan masyarakat militer harus berbeda dengan cara pengajaran di sekolah yang memperuntukkan anak didiknya untuk dunia industry. Namun, disamping itu semua hal yang paling penting dalam mengajar adalah menumbuhkan motivasi diri (self motivation) untuk belajar. Dengan ada keinginan sendiri untuk belajar bagi para siswa maka mereka akan bisa lebih focus terhadap pelajaran yang diberikan oleh pengajar.
Faktor lingkungan.
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
Lingkungan yang tidak menerima eksistensi para remaja juga menjadi slah satu faktor pemicu seorang pelajar atau remaj melakukan perbuatan-perbuatan anarki. Padahal pada usia remaja tersebut remaja dalam taraf pencarian jati diri, dan dibutuhkan sekali dukungan dan partisipasi warga masyarakat dilingkungan sekitar mereka berada. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya mengadakan wadah organisasi pemuda, memberikan apresiasi terhadap remaja yang berprestasi, melibatkan remaja dalam berbagai kegiatan kemsyarakatan sampai dengan memberikan tanggung jawab yang lebih untuk menjadi panitia sebuah kegiatan yang diadakan oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mungkin bisa diharapkan untuk meminimalisasi remaja untuk mencari kegiatan-kegiatan negative di luar lingkungan mereka atau dengan kata lain untuk meminimalisasi tawuran pelajar.
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
Lingkungan yang tidak menerima eksistensi para remaja juga menjadi slah satu faktor pemicu seorang pelajar atau remaj melakukan perbuatan-perbuatan anarki. Padahal pada usia remaja tersebut remaja dalam taraf pencarian jati diri, dan dibutuhkan sekali dukungan dan partisipasi warga masyarakat dilingkungan sekitar mereka berada. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya mengadakan wadah organisasi pemuda, memberikan apresiasi terhadap remaja yang berprestasi, melibatkan remaja dalam berbagai kegiatan kemsyarakatan sampai dengan memberikan tanggung jawab yang lebih untuk menjadi panitia sebuah kegiatan yang diadakan oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mungkin bisa diharapkan untuk meminimalisasi remaja untuk mencari kegiatan-kegiatan negative di luar lingkungan mereka atau dengan kata lain untuk meminimalisasi tawuran pelajar.
5.
Dampak
atau akibat dari tawuran
Pertama,
pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami
dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.
Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus,
halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan
kendaraan.
Ketiga, terganggunya proses belajar di
sekolah.
Terakhir, mungkin adalah yang paling
dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap
toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu
belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan
masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya
tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang
terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.
6. Upaya pencegahan perilaku menyimpang (tawuran)
Kegagalan
mencapai identitas peran dan lemahnya
kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Adanya motivasi dari
keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
Kemauan orangtua untuk
membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis,
komunikatif, dan nyaman bagi remaja
Remaja harus pandai memilih
teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan
di komunitas mana remaja harus bergaul
Remaja membentuk ketahanan
diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas
yang ada tidak sesuai dengan harapan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu penyimpangan sosial yang
sering terjadi di lingkungan masyarakat umumnya ialah tindakan tawuran. Namun
bisa dikatakan bahwa kenakalan remaja seperti halnya tawuran pelajar tidak bisa
dikatakan bahwa semua aspek pendorong berasal dari internal mereka saja. Namun
faktor lingkungan dimana mereka berada juga mempunyai andil besar dalam memicu
seorang pelajar mencari pelampiasan-pelampiasan negatif. Seperti faktor
keluarga yang dipenuhi oleh kekerasan orang tua, faktor sekolah yang kurang
memperhatikan potensi anak-anak didiknya. Sampai faktor masyarakat yang
senantiasa menyepelekan keberadaan mereka.
Untuk menindak lanjuti itu semua sebaiknya masyarakat yang meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat sadar betapa pentingnya mereka menjaga kestabilan remaja dengan memberi ruang yang cukup kepada mereka untuk berekspresi. Dengan hal-hal tersebut diharapkan masyarakat bisa meminimalisasi potensi-potensi yang ada guna menimbulkan remaja yang kreatif, aktif, produktif dan berpotensi menjadi generasi penerus yang baik.
Untuk menindak lanjuti itu semua sebaiknya masyarakat yang meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat sadar betapa pentingnya mereka menjaga kestabilan remaja dengan memberi ruang yang cukup kepada mereka untuk berekspresi. Dengan hal-hal tersebut diharapkan masyarakat bisa meminimalisasi potensi-potensi yang ada guna menimbulkan remaja yang kreatif, aktif, produktif dan berpotensi menjadi generasi penerus yang baik.
B.
Saran
Untuk menyikapi berbagai fenomena kenakalan
remaja khususnya tawuran pelajar yang telah disampaikan diatas penulis
memberikan beberapa saran sebagai berikut;
Sedari
sekarang masyarakat harus sadar akan pentingnya peran mereka dalam membentuk
lingkungan yang kondusif.
Keluarga sebagai elemen dasar sebuah bangunan
pendidikan agar lebih aktif dalam memperhatikan anak-anaknya, pentingnya
menciptakan demokratisasi dalam keluarga
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidik
seharusnya memperhatikan potensi-potensi dasar peserta didik untuk lebih
meningkatkan daya kreativitas mereka.
.
Adanya system penanganan yang lebih tepat apabila diketemukan tawuran pelajar.
Daftar pustaka
Raymond Tambunan, 2008. Perkelahian pelajar. Diambil : 12 oktober 2009, dari : http://informasi.psikolog.online.edu
Article, 2009. Tawuran Antar Pelajar. Diambil : 10 oktober 2009, dari : http://ifkarulya.wordpress.com/
Januari, 2009. Tawuran Pelajar. Diambil : 10 November 2009, dari : http://sobatbaru.blogspot.com/2009/01/ta…