Sabtu, 24 September 2011

~Platyhelminthes~

.BIOLOGI.
Semoga bermanfaat :3
Go!go!LETS GO LOVU LOVU!!!
Hehehehe XD


                                                                    BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu bologi adalah ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk hidup dan kehidupan. Yang dibahas dalam ilmu biologi tidak lain adalah yang masih berkaitan dengan makhluk hidup, seperti zat yang membentuk makhluk hidup, zat yang dibutuhkan makhluk hidup, serta berbagai hal mengenai hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ilmu biologi dirintis oleh Aristoteles yang merupakan ilmuwan berkebangsaan Yunani yang kita sebut juga sebagai bapak perintis biologi.
Ilmu Biologi sangat berpengaruh dan berguna bagi kehidupan manusia. Biologi banyak digunakan untuk berbagai bidang kehidupan seperti pertanian, peternakan, perikanan, kedokteran, dan lain sebagainya.


B.   Permasalahan
*     Bagaimanakah struktur tubuh Platyhelminthes?
*     Bagaimanakah klasifikasi pada filum Platyhelminthes?
*     Bagaimanakah peranan  Platyhelminthes bagi manusia?


C.    Tujuan
*     Untuk mengetahui struktur dan ciri-ciri pada filum Platyhelminthes
*     Untuk mengetahui cara hidup dan habitat pada filum Platyhelminthes
*     Untuk mengetahui  reproduksi pada filum Platyhelminthes
*     Untuk mengetahui klasifikasi pada filum Platyhelminthes
*     Untuk mengetahui peranan pada filum Platyhelminthes bagi manusia




D.   Manfaat
*     Dapat digunakan sebagai salah satu sarana belajar bagi seseorang yang ingin mengetahui lebih jelas mengenai filum Platyhelminthes
*     Dapat mengetahui struktur dan ciri-ciri pada filum Nemathelminthes
*     Dapat mengetahui cara hidup dan habitat pada filum Nemathlminthes
*     Dapat mengetahui klasifikasi Nemathelminthes
*     Dapat mengetahui daur hidup Nemathelminthes dan Reproduksi pada Nemathelminthes
*     Dapat mengetahui peranan Nemathelminthes serta penyakit yang ditimbulkan dari spesies-spesies dalam filum Nemathelmintes bagi manusia.





BAB II
PEMBAHASAN



1.     Ciri-Ciri umum yang dimiliki filum Platyhelminthes
Tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik lumut lembab (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita.
                                                

2.      Struktur dan fungsi tubuh
Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma, dan mesoderma. Namun, mesoderma cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.
                                                       


3.       Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.[3]Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus. Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler.Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.

4.        Sistem syaraf
Ada beberapa macam sistem syaraf pada cacing pipih:
  • Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang. Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.
  • Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara).

   5.    Indera
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai) Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran berpembeluh yang berakhir di sel api.[4] Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau lebih.Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara difusi melalui dinding sel.

6.     Reproduksi
Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolong hermafrodit.



7.      Habitat dan cara hidup
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas  memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme.Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap.Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
                                                      
                                            Hidup parasit                                  Hidup bebas

       8. Klasifikasi
Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita.)
a.       Turbellaria (cacing rambut getar)
                 platyhelm_turbellaria_dugesia              
Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm.Silia digunakan untuk bergerak.Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang.Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria, yaitu Dugesia.
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya.
Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam usus.
Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia.Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva.Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi.


b.      Trematoda (cacing isap)
                                           platyhelm_trematoda_clonorchis
                                              platyhelm_trematoda_clonorchis
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya.kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya.Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya.Dengan demikian, Trematoda merupakan hewan parasit.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata.Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.Salah satu contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica).Cacing hati memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan sedikitnya dua jenis inang, yaitu inang utama dan inang sebagai perantara.Daur hidup cacing hati terdiri dari fase seksual dan aseksual.Fase seksual terjadi saat cacing hati dewasa berada di dalam tubuh inang utama.Fase aseksual dengan membelah diri terjadi saat larva berada di dalam tubuh inang perantara.
Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai berikut :
- Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina )
cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
- Schistosoma japonicum
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pad saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati.
- Paragonimus westermani
Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air
tawar.
                                     
                                        
                                    







                                   Struktur tubuh Fasciola Hepatica
















                                                     Reproduksi Fasciola Hepatica
                    






Keterangan:
  1. Reproduksi seksual Fasciola hepatica menghasilkan telur pada hati dan kemudian berpindah ke aliran darah ke empedu dan usus, kemudian keluar bersama tinja.
  2. Telur menetas dan tumbuh menjadi mirasidium bersilia di tempat basah.
  3. Mirasidium menginfeksi inang perantara yaitu Lymnaea atau siput air.
  4. Mirasidium berubah menjadi sporokis di dalam tubuh inang perantara (siput air).
  5. Sporokis berkembang secara aseksual menjadi redia.
  6. Redia bermetamorfosis menjadi serkaria. Serkaria ini keluar dari tubuh siput dan menempel paa turmbuhan atau rumput air.
  7. Serkaria membentuk cacing muda atau metaserkaria.
  8. Metaserkaria termakan oleh hewan dan kemudian menjadi cacing dewasa di dalam organ hati.

c.       Cestoda (cacing pita)
                                                                                          taenia_pisiformis  
      


Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna.Inang pernatara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.
                                         



              

                                              Reproduksi pada Taenia Solium

Keterangan
·          Proglotid dikeluarkan, berisi ribuan telur.
·          Di dalam telur ada larva (onkosfer) - tertelan babi/sapi
·          Onkosfer tumbuh kait sebanyak 6 (Hexa) membentu Hexacant
·          Hexacant dengan kaitnya keluar menembus dinding usus menuju saluran limfe dan ikut aliran    darah otot sapi/babidi otot ternak tersebut larva bertahan membentuk kista disebut larva Cistiserkus / Cacing gelembungCystycercus di otot / daging itu termakan manusia karena pengolahannya tidak matangCystycercus tumbuh membentuk scolex dalam perjalanan menuju ususdan kemudian Scolex menempel di dinding usus membentuk Proglotid ( ruas ruas ) terbetuklah    cacing pita
·         Cacing pita dewasa yang diusus ini tumbuh terus hingga membentuk pita yang panjang ( bisa 20 m) di usus
·         Cacing Pita yang ada di usus itu menyerap sari makanan secara osmosis meleluia seluruh permukaan proglotidnya sehingga penderita (Taeniasis) tubuhnya kurus



BAB III
PENUTUP
A.    Kesiimpulan


1.      Platyhelminthes memiliki tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen. Cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik lumut lembab (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita.
2.    Pengkalsifikasian pada phylum Platyhelminthes terdiri atas 3 kelas,yaitu : Turbellaria, Trematoda, Cestoda
3.    Semua spesies- spesies yang merupakan bagia dari Platyhelminthes bisa menyebabkan beberapa penyakit yang menyerang manusia yang disebabkan oleh spesies yang hidupnya parasit pada tubuh manusia.

B.    Saran
Dengan mempelajari filum Platyhelminthes, anda dapat mengetahui berbagai bentuk ,cirri-ciri, reproduksi dan lain-lain yang berkenaan dengan filum ini. Oleh karenaaa itu jika ada kekurangan maupun sesuatu  yang sekiranya belum jelas bagi anda dari makalah ini  anda dapat mencarinya di buke atau di situs-situs mengenai ilmu biologi.










taenia_pisiformis







                                                                           Daftar Pustaka

   Phandu , Aditya.2005http://1dunia-biologi-sma.blogspot.com/2010/05/platyhelminthes.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Platyhelminthes







1 komentar: